Siapa yang tak mengenal sosok Dahlan Iskan? CEO Jawa Pos Group yang sekarang menjabat sebagai menteri BUMN yang sebelumnya menjabat Dirut PLN. Bapak yang berusia 61 tahun selalu tampil energik dengan sepatu catsnya selalu menarik perhatian media karena tindakannya tergolong kontroversial. Mulai dari menolak fasilitas menteri, mengamuk di pintu tol, naik ojek dan bermalam dirumah petani miskin serta yang terakhir mengumumkan bahwa 70% BUMN melakukan praktek suap. Namun siapa yang menyangka jika tokoh yang pernah transplantasi hati dan digadang-gadang banyak orang untuk jadi calon presiden 2014 ini lahir dari keluarga miskin dan benar- benar miskin?
Tampil di Kick Andy edisi 15 juni 2012, Dahlan iskan menceritakan masa kecilnya yang miskin di kampung (Magetan) dengan santai. Waktu kecil beliau hanya memiliki sepasang baju dan celana, jika bajunya dijemur dipinggir kali beliau akan menunggunya kering sambil menyelam mencari ikan atau berselimut sarung
kesayangannya. sebagai orang kampung, sarung menjadi sahabat akrabnya yang multi fungsi, mulai dari alat sholat, pakaian resmi ke undangan, membawa bingkisan, diikatkan diperut takala lapar dan sebagai selimut takala dingin. Kalo panen kedele tiba, sarung juga bisa difungsikan sebagai karung dengan mengikat ujungnya. Semasa kecil sepulang sekolah beliau menggembalakan kambing tetangga yang jumlahnya sekitar 20 ekor. jika sudah sampai dirumah, kambingnya sudah mengembik minta dilepas untuk makan, sebelum Dahlan kecil makan karena makanan di rumah tidak ada. Jika kambingnya sudah diantar kepinggir kali mencari makan, maka dia akan mencari ikan di sungai dan membakarnya diatas kotoran sapi yang telah kering. Saya yang juga besar di desa tahu betul betapa sabarnya penggembala kambing, yang sangat rewel terutama jika hujan turun.
Salah satu cerita yang unik dari beliau, adalah soal tanggal lahirnya. Waktu beliau lahir, kakaknya menulis tanggal kelahirannya di belakang lemari bambu. Namun setelah ibunya meninggal karena sakit, dan bapaknya tidak lagi bekerja, satu persatu barang - barang dirumahnya dijual termasuk lemari bambu tempat tanggal lahirnya ditulis. Saat sudah bersekolah, beliau menanyakan tanggal lahirnya pada bapaknya, bapaknya cuma bilang saat gunung kelud meletus, kamu sudah bisa merangkak. akhirnya beliau memilih tgl 17 agustus sebagai tanggal kelahirannya. Kisah lain yang cukup menyentuh, bahwa beliau baru punya sepatu setelah kelas 2 SMU (Aliah). Itupun sepatu butut yang jempolnya sudah kelihatan. Supaya bisa tahan sepatunya hanya dipakai saat upacara saja, kalau dipakai setiap hari apalagi jalan kaki 7 km tentu akan cepat rusak.
Setelah selesai di Madrasah Aliyah, agar bisa kuliah beliau menyusul kakaknya yang transmigrasi di Samarinda. Diakuinya, pada perjalanannya ke Samarinda itulah pertama kalinya beliau melihat kota besar (surabaya) padahal lahir di magetan jawa timur, dan pertama kalinya melihat laut. Di Samarinda beliau kuliah di IAIN selama dua tahun dan akhirnya berkarier sebagai wartawan dan sukses seperti sekarang ini.
Kisah masa kecil Dahlan Iskan menjadi inspirasi novel “Sepatu Dahlan “yang ditulis oleh Khrisna pabichara. Novel ini diterbitkan oleh Mizan. Mendengar kisah pak Dahlan, saya rasa kisah laskar pelangi pun kalah. semoga saja cara bertutur novelnya semenarik laskar pelangi sehingga mampu menjadi inspirasi bagi seluruh anak bangsa untuk lebih maju. Untuk membantu anak -anak sekolah yang memiliki nasib yang sama seperti dirinya dulu (tak punya sepatu), beliau meluncurkan gerakan sepatu untuk anak indonesia. Gerakan ini menurut saya benar- benar akan sangat bermanfaat bagi keluarga miskin. Betapa banyak anak-anak yang tidak menggunakan sepatu kesekolah, atau minder bersekolah karena sepatunya yang rusak belum bisa diganti oleh orang tuanya. Gerakan ini akan bekerja sama dengan Kick Andy Foundation yang didukung oleh beberapa perusahaan. Diakhir acara Kick Andy, Pak Dahlan menyerahkan sepatu secara simbolis pada anak-anak Bantar Gebang.
Melihat kisah hidup pak Dahlan yang sukar dan mendaki, saya semakin percaya bahwa jika kepemimpinan negara diserahkan oleh rakyat kepadanya, maka nasib bangsa ini akan lebih baik. Sumber Artikel : http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/16/sepatu-butut-dahlan-iskan-464961.html
Tampil di Kick Andy edisi 15 juni 2012, Dahlan iskan menceritakan masa kecilnya yang miskin di kampung (Magetan) dengan santai. Waktu kecil beliau hanya memiliki sepasang baju dan celana, jika bajunya dijemur dipinggir kali beliau akan menunggunya kering sambil menyelam mencari ikan atau berselimut sarung
kesayangannya. sebagai orang kampung, sarung menjadi sahabat akrabnya yang multi fungsi, mulai dari alat sholat, pakaian resmi ke undangan, membawa bingkisan, diikatkan diperut takala lapar dan sebagai selimut takala dingin. Kalo panen kedele tiba, sarung juga bisa difungsikan sebagai karung dengan mengikat ujungnya. Semasa kecil sepulang sekolah beliau menggembalakan kambing tetangga yang jumlahnya sekitar 20 ekor. jika sudah sampai dirumah, kambingnya sudah mengembik minta dilepas untuk makan, sebelum Dahlan kecil makan karena makanan di rumah tidak ada. Jika kambingnya sudah diantar kepinggir kali mencari makan, maka dia akan mencari ikan di sungai dan membakarnya diatas kotoran sapi yang telah kering. Saya yang juga besar di desa tahu betul betapa sabarnya penggembala kambing, yang sangat rewel terutama jika hujan turun.
Salah satu cerita yang unik dari beliau, adalah soal tanggal lahirnya. Waktu beliau lahir, kakaknya menulis tanggal kelahirannya di belakang lemari bambu. Namun setelah ibunya meninggal karena sakit, dan bapaknya tidak lagi bekerja, satu persatu barang - barang dirumahnya dijual termasuk lemari bambu tempat tanggal lahirnya ditulis. Saat sudah bersekolah, beliau menanyakan tanggal lahirnya pada bapaknya, bapaknya cuma bilang saat gunung kelud meletus, kamu sudah bisa merangkak. akhirnya beliau memilih tgl 17 agustus sebagai tanggal kelahirannya. Kisah lain yang cukup menyentuh, bahwa beliau baru punya sepatu setelah kelas 2 SMU (Aliah). Itupun sepatu butut yang jempolnya sudah kelihatan. Supaya bisa tahan sepatunya hanya dipakai saat upacara saja, kalau dipakai setiap hari apalagi jalan kaki 7 km tentu akan cepat rusak.
Setelah selesai di Madrasah Aliyah, agar bisa kuliah beliau menyusul kakaknya yang transmigrasi di Samarinda. Diakuinya, pada perjalanannya ke Samarinda itulah pertama kalinya beliau melihat kota besar (surabaya) padahal lahir di magetan jawa timur, dan pertama kalinya melihat laut. Di Samarinda beliau kuliah di IAIN selama dua tahun dan akhirnya berkarier sebagai wartawan dan sukses seperti sekarang ini.
Kisah masa kecil Dahlan Iskan menjadi inspirasi novel “Sepatu Dahlan “yang ditulis oleh Khrisna pabichara. Novel ini diterbitkan oleh Mizan. Mendengar kisah pak Dahlan, saya rasa kisah laskar pelangi pun kalah. semoga saja cara bertutur novelnya semenarik laskar pelangi sehingga mampu menjadi inspirasi bagi seluruh anak bangsa untuk lebih maju. Untuk membantu anak -anak sekolah yang memiliki nasib yang sama seperti dirinya dulu (tak punya sepatu), beliau meluncurkan gerakan sepatu untuk anak indonesia. Gerakan ini menurut saya benar- benar akan sangat bermanfaat bagi keluarga miskin. Betapa banyak anak-anak yang tidak menggunakan sepatu kesekolah, atau minder bersekolah karena sepatunya yang rusak belum bisa diganti oleh orang tuanya. Gerakan ini akan bekerja sama dengan Kick Andy Foundation yang didukung oleh beberapa perusahaan. Diakhir acara Kick Andy, Pak Dahlan menyerahkan sepatu secara simbolis pada anak-anak Bantar Gebang.
Melihat kisah hidup pak Dahlan yang sukar dan mendaki, saya semakin percaya bahwa jika kepemimpinan negara diserahkan oleh rakyat kepadanya, maka nasib bangsa ini akan lebih baik. Sumber Artikel : http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/16/sepatu-butut-dahlan-iskan-464961.html
0 komentar:
Posting Komentar